Judul
Dwi
Rahayu
Judul Buku : Saat-saat Cinta Terwakafkan
Penulis : Usep Jamaludin
Penerbit : Shuhuf Media Insani
Cetakan : 1, Agustus 2012
Tebal : 254 halaman
“Misteri Ilahi” suatu kata yang
identik dengan hal-hal misterius, ghoib dan belum pasti fenomena yang akan
terjadi. Lazim dan akrab bagi umat muslim untuk mengucap kata itu sebagai
ungkapan bahwa hal-hal yang telah terencana bisa saja hasilnya tak sesuai
dengan hal yang diharapkan karena tergantung dari takdir Tuhan. Kutipan kata
“Misteri Ilahi” telah menjadi satu ide penting Usep Jamaludin tuk menulis dan
melontarkan wujud kata itu sebagai cerita apik. Menjadi seorang penulis Surat
Kabar Harian dan Tabloid tidak membuat Usep puas. Ia rangkai
pengalaman-pengalaman sebagai teman akrab berita dengan rangkaian kata-kata
indah menjadi kumpulan cerita cinta dibalik kepatuhan agama. Novel perdana yang
berbau islami ini mengungkapkan kisah lika-liku cinta yang penuh pengorbanan
dan kerelaan demi menjalani takdir yang terlanjur hadir sebelum mengubahnya
meski penuh kemustahilan.
Novel
ini cukup baik untuk belajar dan menarik dibaca, karena penggunaan bahasa yang
tidak monoton dan lugu, sehingga campuran bahasa yang dipakai tidak cepat
membosankan. Cerita cinta yang terjadi bukan hal umum, sehingga untuk
mengenggam cinta itu sendiri tidak mudah. Walaupun dalam penokohan cerita
sering tidak konsisten, tetapi
kejadian-kejadian yang dialami tokoh cukup membuat pembaca merasa penasaran untuk
terus mengikuti cerita.
Novel
ini memaparkan kisah cinta Farhan Abdurrazak pengajar privat Bahasa Inggris dan
advokat yang tersandung cinta pada
seorang gadis berparas indah lahir dan batinnya yang tak lain adalah muridnya
sendiri. Berharap cintanya disambut indah oleh muridnya itu yaitu Siska seorang
general practice atau dokter umum,
tetapi nyata yang hadir tak sejalan dengan harapan. Cintanya harus kandas
dengan kenyataan sang pujaan hati telah disunting seorang dokter Spesialis
Dalam yaitu Budiman temannya sendiri. Akhirnya dengan ikhlas, ia relakan
wakafkan cintanya karena takdir telah mendahului niatnya.
Selanjutnya,
penulis berimajinasi memunculkan seorang tokoh yaitu sosok wanita sholehah, berparas
indah sebagai tokoh yang mendambakan cinta Farhan yang selama ini terabaikan
karna Siska, pujaan hati yang tak termiliki. Sari, anak ABG yang tak kalah
cantik luar dalamnya perlahan mulai menutup kegundahan dan kesakitan hati yang
kian tak sembuh. Saat kuncup cinta mulai mekar nan indah, ia harus kembali
mewakafkan cintanya untuk sahabatnya yang lebih dulu menikahi Sari. Kembali
galau dengan parahnya fenomena cinta yang ia alami, hingga diumurnya menginjak
kepala empat belum juga memiliki pendamping hidup.
Kejutan
dari cerita novel ini dimulai dengan pernyataan Siska sang pujaan hati tokoh
Farhan yang telah bersuami bahwa dirinya tak pernah mencintai suaminya, ia
terlanjur mematrikan cintanya untuk Farhan. Siska wakafkan cintanya dan rela
menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya karena ia tidak ingin durhaka. Siska
buktikan dengan ucapan [1]“I will always keep my virginity so far and
forever otherwise our God unity us”. Sayangnya, pada Novel ini sering tidak
disertakan footnote pada kalimat yang
mengandung bahasa asing. Ditambah dengan pemakaian alur campuran yang sedikit
membingungkan sehingga cerita-cerita yang dipaparkan terkesan berbelit-belit.
Walaupun demikian, sungguh cerita ini membawa pembaca kedalam ombang-ambing
cinta dan perlu penghayatan serta logika untuk benar-benar memahami.
Semakin
kompleks dan membuat pembaca geregetan karena menunggu-nunggu akhir dari nasib sebenarnya
tentang jodoh Farhan. Kini, bukan jawaban indah dari cerita novel ini, malah
semakin dikejutkan bahwa pernikahan Farhan dengan sang pujaan hati yang
mustahil terjadi kini terlaksana. Lebih mengejutkan lagi, penulis menceritakan
bahwa dua wanita yang singgah dihati tokoh Farhan yaitu Siska dan Sari adalah
saudara kandung. Muncul konflik lagi dari tokoh Sari yang belum sepenuhnya bisa
mewakafkan cintanya untuk saudaranya karena yang ia dambakan selama ini menikah
dengan tokoh Farhan walaupun kini ia telah mengandung anak dari suaminya. Demi
kepatuhan pada agama dan menjalani takdir, kini semua telah ikhlas mewakafkan
cintanya masing-masing untuk menemui sang kekasih yang sebenarnya.
Karya
Usep Jamaludin yang memunculkan novel perdananya ini, mengajarkan cara bercinta
yang memiliki batas-batas kecintaan pada diri sendiri, pujaan hati, dan pemilik
cinta yang sebenarnya yaitu Tuhan. Rela berkorban dan ikhlas meninggalkan
sesuatu yang sangat dicintai demi menjalani takdir dan kepatuhan pada Sang
Pencipta. Sunnguh membri pembelajaran,
pengetahuan, dan pengalaman terutama dalam menyikapi cinta yang baik. Jadi,
sayang jika melewatkan cerita apik ini.
[1]Usep
Jamaludin, Saat-Saat Cinta Terwakafkan (Tangerang: Shuhuf Media Insani, 2012),
halaman 138.
0 komentar:
Posting Komentar